Sejarah & Ciri khas kota Gresik
SEJARAH KOTA GRESIK
Sejak abad ke-11, Gresik menjadi pusat perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa seperti, Cina, Arab, Champa, dan Gujarat. Gresik juga sebagai pintu masuk Islam pertama di Jawa, yang antara lain ditandai dengan adanya makam-makam Islam kuno dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah binti Maimun[3]. Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatera dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC.
Tahun 1411 penguasa Gresik, seorang kelahiran Guangzhou, mengirim utusan ke kaisar Tiongkok. Di abad ke-15, Gresik menjadi pelabuhan dagang internasional yang besar. Dalam Suma Oriental-nya, Tomé Pires menyebutnya sebagai "permata pulau Jawa di antara pelabuhan dagang".
Pada era VOC, Afdeeling Gresik terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sedayu. Kota Gresik sendiri berada pada jalur utama jalan pos Daendels. Perkembangan Surabaya yang cukup pesat memaksa dihapuskannya Kabupaten Gresik dan bergabung dengan Kabupaten Surabaya pada tahun 1934.
sumber : klik disini
BUDAYA KHAS GRESIK
Malam Selawe
Malam Selawe menjadi sebuah tradisi khas
bulan ramadhan di kota Gresik,
selain menandakan perburuan lailatul qadar. Malam selawe biasanyahari ke-24
ramadhan yang diadakan di makam Sunan Giri. Tradisi malam selawe atau menjelang
hari ke 25 ramadhan bisa dibilang malam puncak ramdhan banyak peziarah yang
datang ke Makam Sunan Giri , mulai dari anak kecil, remaja, sampai orang yang
tua dan lanjut usia. Mereka tak hanya dtang dari daerah Gresik dan sekitarnya
tapi dari peziarah luar daerah, bahkan luar pulau.
Para peziarah berbaur menjadi satu untuk
ikhtiar,berdoa, mengaji, dengan harapan mendapat berkah . Selain itu para
peziarah juga berharap mendapat malam yang sangat istimewa yang datang hanya
sekali dalam setahun, dan orang yang beruntung akan mendapatkannya yakni malam Lailatul Qadar. Harapan itu menjadi
suguhan yang utama dibenak para peziarah.
Adanya tradisi Malam Selawe tak diketahui sejak kapan adanya, akan tetapi
sudah diwariskan secara turun temurun sejak zaman Sunan Giri. SElain itu
menjadi cerita dari mulut-ke mulut sampai sekarang. Selain itu, malam 25 pada
bulan ramadhan merupakan saat dimana Kanjeng Sunan Giri bertemu dengan malam
Seribu Bulan.
Selain itu banyak pularatusan PKL yang
mengais rezeki sepanjang jalan Sunan Giri hingga lokasi makam Sunan Giri. .
Mereka rutin datang mengais rezeki pada kegiatan tahunan yang masuk dalam
kalender wisata Gresiik berupa festival Malam Selawe.Mereka berjualan pakaian,
makanan, khas gresik, jajanan,Asesoris,,dll. Dengan jumlah peziarah yang banyak
dan PKL yang membludak disebelah kanan-kiri sepanjang satu kilometer menuju
makam Sunan Giri ditutup untuk kendaraan umum . Untuk sampai ke makam kita
harus jalan kaki, perlu diingat, semakin malam semakin banyak jumlah peziarah
yang datang un tuk peziarah, semakin berdesak-desakan pula.
Agaknya nilai tradisi malam selawe ini mulai
bergeser menjadi pasar malam di bulan yang spesial . Tidak hanya sekedar untuk
berziarah, malam selawe juga dimanfaatkan oleh kawula muda untuk berpacaran
atau sekedar jalan bersama pacar, hal semacam ini sebenarnya tak boleh
dilakukan. Semoga kita selalu ingat dan selalu mendapat hidayah dari Allah SWT.
Pasar
Bandeng
Satu satu tradisi warisan Walisongo yang
hingga kini masih dilestarikan. Yaitu tradisi menggelar Pasar Bandeng di pusat
kota Gresik. Tradisi ini pertama kali diadakan oleh Sunan Giri untuk mengangkat
perekonomian rakyat setempat.Dua dari sembilanWalisongo penyebar agama islam
yang berada di Gresik sangat berpengaruh dalam membangun tatanan budaya
masyarakat Gresik. Keduanya adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Raden Paku
atau Sunan Giri.Melalui jalan perdagangan, Ainul Yaqin, nama kecil Sunan Giri
melakukan da’wah kepada masyarakat. Kala itu, di abad 15 Sunan Giri mulai
membantu perekonomian masyarakat dengan cara mengolah dan memasarkan hasil
bumi. Hingga kini, masyarakat masih melestarikan warisan Suna Giri yaitu dengan
membuat dan menjuala kue pudak dan penyelenggaraan pasar bandeng
Tradisi Pasar Bandeng (prepekan cilik
dan prepekan gede) Yang diadakan dua hari sebelum Hari Raya Lebaran atau malam
29 ramadhan seharusnya menjadi ajang pengenalan hasil produksi masyarakat Gresik
dan untuk menegaskan kembali hubungan erat antara tradisi agama dan ekonomi.
Selama dua hari itu penduduk Gresik
yang mempunyai tambak bandeng berlomba-lomba umtuk menjual hasil panen Bandengnya ke Pasar
Bandeng ini.Tradisi Pasar Bandeng merupakan persiapan masyarakat dalam menghadapi
Hari Raya Lebaran. Di pasar bandeng tak hanya ikan bandeng yang dijual tidak,ada
ikan tambak lain seperti udang, mujair, nila, ikan mas. Selain itu produk yang
dihasilkan masyarakat Gresik di pamerkan dan dijual, seperti pakaian anak,
kopiah, terompah, sandal, sepatu, ketimang, masakan dan jajanan khas Gresik
serta berbagai keperluan lain untuk perayakan Idul Fitri.
Boleh dikatakan tradisi Pasar Bandeng
ini merupakan pameran Hasil produksi Gresik . Saling bertukar baran jualan
antar pedagang seperti kopiah,sarung, sandal, tang akan digunakan untuk nganyari
di area expo apabila hampir usai itulah tradisi masyarakat Gresik dulu.Yang
penting Hari Raya bisa memakai barang baru.Bagi masyarakat Gresik aktivitas ini
justru tumbuh saling mendukung sebagaimana Sunan Giri dan Nyi Ageng Pinatih
mencontohkan perannya sebagai tokoh agama sekaligus sosok pedagang besar.
Sebelum acara pasar bandeng biasanya selalu di awali dengan acara MALEM SELAWE
(Malam ke 25 bulan Ramadhan) yang dilaksanakan di Situs makam Sunan Giri
Penyelenggaraan
Pasar Bandeng oleh Pemerintah Gresik ini selain untuk melestarikan tradisi,
juga untuk mendukung kemandirian ekonomi masyarakat Gresik.Seperti kita ketahui
bahwa, Kabupaten Gresik berada di daerah pesisir pantai utara berbatasan dengan
Lamongan, dan sebagian wilayah berdekatan dengan Mojokerto, Sidoarjo, dan Surabaya.
Kolak
Ayam
Kolak
Ayam. Kolak ayam merupakan menu buka puasa yang menjadi f avorit warga Gumeno
setiap malam 23 pada bulan ramadhan. Meski namanya kolak ayam, tapi jangan
dibayangin sama seperti kolak pisang, kolak labu, kolak ketela . Ini merupakan
masakan ayam yang berkuah santan .
Tradisi yang berusia lebih dari 500
tahun ini punya keunikan yaitu orang yang membuat, memasak dan menyiapkan
segala bahan yang digunakan untuk memasak kolak ini adlah kaum adam. Hal itu
merupakan syarat untuk membuat kolak ayam . Meski yang bekereja adalah kaum
adam, kaum hawa tak hanya berdiam diri
menunggu masakan disajikan , tapi
mereka punya tugs yakni memarut kelapa sebagai santan yang dijadikan untuk
kolak ayam ini di rumah mereka masing masing
Msakan yang terdiri dari ayam suwir,
santan, daun bawang, gula merah, ji\nten, air . Berdasarkan penuturan warga
menyebutkan bahwa Kolak ayam
sudahmenjadi tradisi.” Konon ceritanya pada tahun 1451 ketika Sunan Dalem
pendiri masjid Gumeno menderita sakit yang tak diketahui jenis penyakitnya, dan
taka ada satupun obat yangbisa menyembuhkan penyakit yang diderita sang sunan.
Sang Sunan Dalem mendapat petunjuk
dari Allah SWT melalui mimpi setelah mimpi bertemu dengan Sunan Giri.
Dalam mimpi itu diserukan untuk membuat
masakan dengan racikan daging ayam jago, daun bawang, dll untuk dibuat kolak.
Setelah berbuka puasa dengan masakan tersebut , Sunan Dalem berangsur-angsur
sembuh. Kejadian ini bertepatan pada tanggal 22 ramadhan.
Masyarakat Gumeno sendiri menamai
masakan ini dengan nama “Sanggringan”
yang artinya raja yang sembuh dari sakit. Warga meyakini bahwa kolak ayam
ini bisa mengobati segala macam penyakit Tradisi ini merupakan salah satu
bentuk cara yang dilakukan oleh warga Gumeno untuk melestarikan tradisi Sunan
Dalem agar tidak dikalim oleh Negara lain.
Selain itu juga untuk menciptakan kerukunan dan kebersamaan sesame umat
muslim.
Sumber : Klik disini
Sumber : Klik disini
Komentar
Posting Komentar